Tehnik-tehnik pemanjatan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan seluruh medan tebing, antara lain:
• Face Climbing, Yaitu pemanjatan pada permukaan tebing yang memanfaatkan tonjolan batu(point) atau rongga yang memadai yang digunakan sebagai pijakan kaki, pegangan tangan maupun penjaga keseimbangan tubuh.
• Friction / Slab Climbing, Teknik ini semata-mata
hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada
permukaan tebing yang tidak terlalu vertical, kekasaran
permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesekan terbesar
diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar
mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan maksimal di atas kaki akan
memberikan gaya gesek yang baik, sehingga pemanjatan dapat dilakukan
dengan lebih mudah.
• Fissure Climbing, Teknik pemanjatan dengan fissure
climbing ini lebih memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota
badan untuk melakukan panjatan.
Dengan cara demikian, maka beberapa pengembangan dari fissure climbing, dikenal teknik-teknik dengan tehnik sebagai berikut ;
A. Jamming,
teknik memanjat dengan memanfaatkan celah
yang tidak begitu besar. Jari-jari tangan, kaki, ataupun bagian-bagian
tangan hingga bahu pemanjat dapat dimanfaatkan sebagai tehnik untuk
memanjat dengan cara memanfaatkan crack/retakan pada tebing untuk melakukan pemanjatan. Peralatan yang digunakan secara mayoritas adalah pengaman sisip.
B. Chimneying,
teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar pada tebing(chimney).
Badan masuk di antara celah, dengan punggung menempel dan mendorong di
salah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan,
dan sebelah lagi menempel ke tebing yang berrada dibelakang pemanjat.
Kedua tangan diletakkan menempel pada tebing. Kedua tangan membantu
mendorong ke atas bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong dan menahan
berat badan.
C. Bridging,
teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar (gullies).Tehnik
ini menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua
permukaan tebing. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu
oleh tangan yang juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.
D. Lay back,
teknik memanjat pada celah vertical
dengan menggunakan kekuatantangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan
mengait tepi celah tersebut dengan posisi badan membeban ke belakang
dan menempel kesisi tebing, untuk memperkuat pegangan pemanjatnya. kedua
kaki berpijak dan mendorong pada tepi celah yang berlawanan untuk
menghasilkan daya angkat.
E. Hand traverse,
Teknik memanjat pada tebing dengan gerak menyamping (horizontal). Hal ini dilakukan bila pegangan yang ideal sangat minim dan untuk memanjat vertical
sudah tidak memungkinkan lagi. Teknik ini sangat rawan, dan banyak
memakan tenaga karena seluruh berat badan tertumpu pada tangan, sedapat
mungkin pegangan tangan dibantu dengan pijakan kaki (ujung kaki) agar
berat badan dapat terbagi lebih rata.
F. Mantelself,
Teknik memanjat tonjolan-tonjolan
(teras-teras kecil) yang letaknya agak tinggi, namun cukup besar untuk
diandalkan sebagai tempat berdiri selanjutnya. Kedua tangan digunakan
untuk menarik berat badan, dibantu dengan pergerakan kaki. Bila
tonjolan-tonjolan tersebut setinggi paha atau dada maka posisi tangan
berubah dari menarik menjadi menekan untuk mengangkat berat badan yang
dibantu dengan dorongan kaki.
strategi sangat diperlukan dalam setiap pemanjatan tebing, selalu
sensitif membaca keadaan, baik terhadap kemampuan diri maupun keadaan
medan yang ada, sensitif dengan keketerbatasan-keterbatasan yang mungkin
timbul dan selalu dapat mengambil keputusan untuk memnfaatkan kemampuan
diri maupun alat semaksimal mungkin, me-manage semua sumber daya sebaik
mungkin untuk dapat meraih tujuan pemanjatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar